Kamis, 26 Januari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SINUSITIS



BAB I
PENDAHULUAN 
A.    LATAR BELAKANG
Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sulit didiskripsikan karena bentuknya sangat bervariasi pada tiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila, sinus frontal, sinus etmoid dan sinus stenoid kanan dan kiri. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus mempunyai muara (ostium) ke dalam rongga hidung.
Secara embriologik, sinus paranasal berasal dari inavigasi mukosa rongga hidung dan perkembangannya dimulai dengan fetus usia 3-4 bulan, kecuali sinus sfenoid dan sinus frontal. Sinus maksila dan sinus etmoid telah ada saat bayi lahir, sedangkan sinus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada anak yang berusia kurang lebih 8 tahun. Pneumatisasi sinus sfenoid dimulai pada usia 8-10 tahun dan berasal dari bagian posterosuperior rongga hidung. Sinus-sinus ini umumnya mencapai besar maksimal pada usia antara 15-18 tahun.
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir yang bervolume 6-8 ml, sinus kemudian berkembang dengan cepat dan akhirnya mencapai ukuran maksimal, yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk piramid, dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang disebut fosa kanina. Dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksila, dinding medialnya ialah lateral rongga hidung, dinding superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunar melalui infundibulum etmoid.



Sinus frontal yang terletak diatas os frontal mulai terbentuk sejak bulan ke4 fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2 cm. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak ada gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto rontgen. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus mudah menjalar ke daerah ini.
Sinus etmoid paling bervariasi dari semua sinus paranasal dan dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus yang lainnya. Pada orang dewasa bentuk sinus ini seperti piramid dengan dasar di bagian posterior. Ukuran dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm, lebar bagian posterior 1,5 dan lebar anterior 0,5 cm. Berdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior. Sel-sel sinus etmoid anterior biasanya kecil-kecil dan banyak letaknya didepan lempeng yang menghubungkan bagian posterior konka media dengan dinding lateral (lamia basalis), sedangkan sel-sel sinus etmoid posterior biasanya lebih besar dan lebih sedikit jumlahnya dan terletak di posterior dari lamia basalis.
Dibagian depan sinus etmoid ada yang berhubungan dengan sinus frontal yang disebut resesus frontal. Sel etmoid yang terbesar adalah bula etmoid. Di daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan di daerah resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal. Dan pembengkakan di fundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila. Di bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid.

 untuk lengkapnya dapat di download di link bawah ini....
sinusitis

sumber :
Soepardi Efiaty Arsyad, Dkk., 2007, edisi 6, Buku ajar ilmu keperawatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Pracy R., Dkk., 1989, Pelajaran Ringkas Telinga Hidung Dan Tenggorok, Jakarta: Gramedia
Ilmukeperawatan.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar